
setelah lama istirahat dari senam aerobic yang biasa kulakukan saat masih lajang, siang itu aku bertega hati untuk meninggalkan dahan sendiri bersama sang nenny. untuk yang pertama kalinya sejak kelahiran dahan, hari itu aku memberanikan diri meninggalkan dahan untuk kembali bersenam ria. memang bukan ke gym yang dulu biasa kutongkrongi karena terlalu jauh dari rumah. cukup ke gym terdekat dengan rumah. meski kurang nyaman yang penting bisa kembali berolahraga. sekedar menguras keringat dan mencoba menghilangkan sedikit dampak melahirkan yang notabene cukup mengganggu penampilan.
sekitar dua-tiga jaman aku senam, aku pun bisa segera kembali pulang ke rumah. dengan kerinduan yang bertumpuk pada dahan, ku buka pintu rumah dengan penuh rasa penasaran.
ups... syukurlah. kulihat dahan tak kurang suatu apa. sedang asyik mengobrak-abrik mainan berdua dengan sang nenny. melihat aku datang... dahan segera mendongakkan kepala, tersenyum senang. sontak dia berdiri, dan berlari ke pintu sambil berteriak-teriak nyaring,"ayah...!".....ayah!".... ayah!"
sambil berjalan pelan, mulut mungilnya terus saja menggumamkan kata-kata memanggil "ayah!" sama sekali dia tak menggubris atau menengok kedatanganku. terus berlari ke luar pintu, dan terus ke pekarangan mencari sang ayah.
"Ayah!"...ayah!" ayah!"... katanya tanpa henti sambil melihat ujung jalan masuk ke komplek rumah. kiranya dahan mengira kedatanganku pastilah bersama ayahnya.

boleh jadi ini membuktikan bahwa anak perempuan memang selalu dekat dengan ayahnya, atau bahwa laki-laki selalu menjadi anak-anak yang abadi. boys always be boys.
itu sebabnya anak-anak kita selalu mencari sang ayah untuk dijadikannya teman bermain bersama yang asyik dan menyenangkan karena sifat kekanak-kanakkan yang terus mengeram pada diri laki-laki sampai setua apapun usia mereka.