Suatu sore pada Rabu, 9 Rabiul Awwal 1428H (28 Maret 2007) angin berdesir lirih. Lembut membelai dedahan pepohonan yang bersiap istirah bersama malam. Syahdu berayun sejenak sebelum menutup hari dengan khusyu doa syukur atas nikmat Tuhan yang tercurah. Tak ada yang lebih mulia, kecuali Tuhan yang Maha Segalanya, yang dengan segala kasihnya, yakin menitipkan amanahnya bagi kami yang papa. Seorang anak cantik yang dengan sepenuh doa kami beri nama "Desirangin Dedahan Maulia".
Monday, June 23, 2008
Belajar Bersahabat dengan Bunga
Ayah Desir sangat senang merawat bunga. Bunga itu indah dan cinta damai, begitu yakin ayah. Bunga selalu memberikan keindahan tapi tak pernah menuntut apa-apa kecuali sekedar kasih sayang dari kita yang mau memeliharanya, lagi-lagi itu keyakinan ayah. Ayah percaya bahwa di tengah-tengah suburnya tanaman bunga selalu ada peri-peri kecil yang cantik dan imut yang siap menebarkan benih-benih cinta dan kebahagiaan kepada siapapun yang merawat sang bunga. Sayangnya sejak pindah ke Jakarta ayah tak mempunyai rumah dengan pekarangan yang luas lagi. Akibatnya tak banyak lagi ragam bunga yang bisa ditanam oleh ayah. Meski sedikit, namun tanpa sengaja ayah memiliki sebuah tanaman bunga yang sedang ramai dibicarakan orang. Bunga berjenis Anthurium yang disebut orang-orang dengan nama "wave of love" itu ternyata tengah mewabah dan dihargai sampai puluhan juta rupiah. Akibatnya banyak orang yang datang melihat, berkomentar, dan juga menawar untuk membelinya. Orang-orang juga banyak menyarankan agar bunga tersebut dijaga dan dijauhkan dari tangan-tangan yang ingin memegangnya agar daunnya tak rusak dan harganya tetap tinggi. Tapi ayah desir tak pernah peduli. Setiap kali ada kesempatan ayah malah selalu mengajak desir untuk bermain dengan bunga tersebut. Biarlah desir belajar mengenal dan bersahabat dengan sang bunga, begitu kata ayah. Ayah tak takut bunganya rusak kalau dipegang-pegang oleh desir? Aaaah... tak ada bunga yang bakalan rusak kalau kita memegangnya dengan cinta, jawab ayah dengan tenangnya. Ayah percaya bahwa desir yang masih polos justru masih dipenuhi dengan naluri-naluri cinta kasih. Dengan mendekatkan desir dengan bunga maka desir akan belajar bersahabat dengan bunga. Dan hasilnya justru akan tumbuh bunga-bunga lain yang lebih indah di masa-masa mendatang sebagai buah dari persahabatan tersebut.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment