Suatu sore pada Rabu, 9 Rabiul Awwal 1428H (28 Maret 2007) angin berdesir lirih. Lembut membelai dedahan pepohonan yang bersiap istirah bersama malam. Syahdu berayun sejenak sebelum menutup hari dengan khusyu doa syukur atas nikmat Tuhan yang tercurah. Tak ada yang lebih mulia, kecuali Tuhan yang Maha Segalanya, yang dengan segala kasihnya, yakin menitipkan amanahnya bagi kami yang papa. Seorang anak cantik yang dengan sepenuh doa kami beri nama "Desirangin Dedahan Maulia".
Wednesday, September 19, 2007
Tetap Kerja, Tetap Semangat
Meski mengandungku, ibu tak pernah manja. Ibu tetap semangat bahkan masih terus bekerja. Tak perduli muntah-muntah hingga tandas isi perut setiap pagi. Tak perduli penat kaki dan sendi yang acap menyambangi.
Hanya saja ibu menjadi galak. Kalau ada temen kantor yang merokok sembarangan didekatnya, maka ibu tak segan untuk mengingatkan. Sayangnya tak semua orang punya etika. Kalau sudah diingatkan tapi tetap tak punya etika, ibu pun memilih mengalah. Pergi menghindar atau menutup hidung rapat-rapat. Apa boleh dikata, kata orang bijak orang sabar itu untungnya di depan mata, sedangkan orang yang tak sabar itu ruginya juga di depan mata. Nah tentu untung kalau sabar kan?
Meskipun hamil, pekerjaan ibu bukannya makin ringan, tapi justru makin padat. Tanpa bisa ditolak eh... ibu diminta kantor untuk ikutan supervisi pelatihan aktivis-aktivis perdamaian. Wow... kondisi hamil harus keluar kota dan lama lagi. Benar-benar tugas yang gak enteng tentunya. Untungnya ibu kembali sabar dan bertahan. Suasana lokasi pelatihan yang kebetulan sangat alami menjadi hiburan tersendiri. Sungai besar berbatuan gunung yang airnya gemericik tiada henti dijadikan ninabobo bagi dahan yang masih di dalam perut. Udara segar dan kicau burung di pagi hari dijadikan ibu sebagai pendorong agar dahan nantinya dekat dengan alam. Untungnya dahan pun mengerti. Di sana dahan menjadi anak baik yang tidak mau menyusahkan ibu. Tak mau berulah dan asyik menikmati suasana alami yang ada saja. Hanya saja terkadang ibu merasa kangen banget sama ayah. Kalau ibu sudah kangen berat, dahan yang di dalam perut pun ikut-ikutan kangen. Untungnya ayah rajin menelpon dan main ke lokasi saat kerja sedang jeda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment