Thursday, September 20, 2007

Menata Nyali, Menggalang Percaya Diri


Bagi ayahibu, jauh di tanah rantau, cuma berdua, terkadang terasa berat. tak ada orang-orang tua, yang memiliki selaut pengalaman, yang bisa dijadikan tempat memuaskan pertanyaan. berdua di kehidupan kota yang terkadang terasa sangat egois, menjadikan ibu agak takut untuk melahirkan di Jakarta. Terlalu banyak aral, ketidaktahuan, dan alpa akan kebijakan-kebijakan nenek moyang yang mungkin akan sangat berarti bagi bayi dalam kandungan.
Meski berat karena harus berpisah, akhirnya mendekati hari melahirkan ibu memutuskan untuk pulang ke bumiayu. kota kecil, yang masih berselimut hijau dan sejuk udara pegunungan yang kalau malam cukup terasa menggigilkan tubuh. kota kecamatan, dimana tertoreh janji ayah ibu dulu untuk setia membagi hidup bersama selamanya.
Usai mengantongi ijin cuti hamil dan perasaan jengah karena ogah untuk kembali ke kantor itu, ibu pun di antar ayah naik kereta ke bumiayu.
Tenang, santai, yakin dan penuh harapan ayah dan ibu berangkat ke stasiun saat hari masih pagi. cukup banyak barang-barang yang dibawa ayahibu hari ini. pakaian, kain, daster, dan semua perlengkapan melahirkan tak ada yang ketinggalan. Tak terlupa keranjang tidur dahan yang beresleting sehingga nantinya dahan dapat tidur nyaman tanpa terganggu nyamuk maupun tangan-tangan pembezuk iseng.
Kereta melaju seperti hari-hari sebelumnya. Kencang, stabil dan bergoyang-goyang kiri kanan seimbang. Suaranya tak juga berubah, masih juga seperti hari-hari sebelumnya. berisik, berderit,datang silam bergantian. Kereta melaju merangkaki rel-rel yang lurus ke depan. Menembus kabut pagi, menerjang semburat mentari. Di sepinggiran rel, kehidupan jakarta mulai menggeliat geli. Orang-orang seperti pulang dari mengubur mimpi. Mulai kembali bekerja tanpa toleransi, untuk mimpi-mimpi mereka yang tak juga terdekapi.
Ayah ibu di satu kursi. Berpegangan tangan menikmati.Perjalanan suci buat si buah hati. Nampak di kaca jendela kereta, carut marut Jakarta tersaput pergi. Tak ada lagi pengikis nyali yang membebani ibu. Tertinggal rasa percaya diri menyambut hadirnya buah hati, di kota nenek moyang sejati. Si buah hati akan dilahirkan sama di tempat ibu dulu dilahirkan. Tak ada lagi ragu di hati. Hanya tinggal tunggu kereta berhenti. Pada stasiun lama yang tak bosan menanti.

No comments: