Monday, September 24, 2007

40 Days in Myth

Kira-kira gimana sih rasanya bila semua perasaan yang ada dalam hidup ini kita gabung jadi satu? bingung, takut, seneng, gelisah, capek, semangat, konyol, serius, bahagia, ngeri, udah deh pokoknya semua nyampur aduk jadi satu. Kira-kira begitulah perasaan ayah-ibu waktu awal-awal mulai bareng sama dahan.
Tiga hari dahan nginep di klinik. dirawat sama perawat yang memang sudah ahlinya dalam mengurus bayi, dikontrol dokter setiap pagi, memang sangat membantu dan menenangkan ayah dan ibu. Apalagi klinik ini termasuk yang terbaik di kota bumiayu ini. Satu kamar sendiri yang boleh dibilang sangat luas. ada dua tempat tidur yang bisa digunakan benar-benar cukup lumayan. Tapi berlama-lama di klinik bukanlah hal yang baik tentunya. Bukan masalah biaya yang tentu saja akan bertambah terus, tapi bagaimana pun juga tak ada tempat berteduh yang paling nyaman di hati kecuali rumah sendiri.
Akhirnya berani nggak berani kita harus keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah yangti.Lagian kenapa juga harus khawatir. Di rumah ada Yangti yang memiliki anak delapan sehingga boleh dibilang memiliki begitu banyak pengalaman masalah merawat anak kecil.
Hehehe sayangnya entah karena sayang atau karena sudah lama tidak memegang bayi lagi, Yangti agak canggung dan takut-takut untuk memegang dahan. hasilnya, ibu terpaksa kalang kabut mengurus dahan sendirian. Yangti hanya berani memberi saran serta mencarikan perawat bayi/dukun bayi berpengalaman yang ada di sekitar rumah.
Akhirnya Yangti memilih mbah Masli, seorang dukun bayi yang merupakan anaknya dukun bayi yang dulu merawat ibu dan anak-anak yangti lainnya.
Mbah Masli tinggal agak jauh dari rumah Yangti. Untuk ke tempat Yangti, harus lewat beberapa jajaran sawah, perumahan kampung, dan nyebrang jembatan kali erang. Kira-kira jauhnya tak kurang dari sekitar 3 kilometeran. Lumayan jauh untuk perjalanan kaki bagi orang seumuran mbah Masli ini.
Nampaknya Yangti tak salah. Mbah Masli ternyata memang piawai dalam merawar bocah. Sangat bersihan, teliti, hati-hati dan sayang sama dahan. Untuk mandi dahan mbah masli gak mau pakai air sumur mentah. Harus air mateng yang menurutnya cukup steril bagi anak kecil.
Dari mbah masli inilah ayah ibu banyak mendapatkan pengetahuan mengenai berbagai kebijaksanaan tradisional yang ternyata cukup penting untuk diperhatikan.
Boleh saja sih banyak orang mencibir dan mengatakan bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan itu hanyalah mitos belaka. Namun ayah dan ibu mempunyai pemikiran bahwa apa yang disebut mitos itu ternyata tak ada ruginya untuk ditaati dan justru banyak mendatangkan kemanfaatan yang terkadang kita abaikan.
Selama 40 hari pertama kehidupan si kecil, dahan, ayah ibu mencoba disiplin mentaati segala pantangan warisan orang-orang tua yang ternyata kalau kita jeli dalam mengamatinya tak sedikit manfaatnya.
Sayangnya karena menghormati mitos ini jugalah ayah jadi tidak memiliki foto dahan selama masa-masa 40 hari awal karena tidak diperbolehkan oleh mitos yang dipercayai.
Baru setelah 40 hari itu lewat akhirnya ayah bisa puas mengabadikan aksi-aksi dahan untuk dibawa pulang ke Jakarta sebagai obat kangen saat ayah terpaksa jauh dari dahan dan ibu.

No comments: