
Aktivitas memberi makan si kecil benar-benar penuh dengan tantangan yang tidak enteng. Harus ceriwis dan pintar merayu anak agar mau disuapi makanan, mengalihkan perhatian si anak ketika dia sudah mulai ogah membuka mulut sehingga tanpa sadar makanan masih bisa masuk ke mulutnya dan banyak kronika-kronika menyuapi anak lainnya.
Ada temen yang ngomong, anak jangan dipaksa makan jika dia sudah tidak berselera lagi. Konon aktivitas makan yang lama dan memaksa bisa menjadikan trauma pada anak sehingga aktivitas makan dianggap sebagai aktivitas yang menyebalkan dan dihindarinya. Tapi dilemanya kalau tidak ditekuni dengan berbagai cara yang terkadang terkesan memaksa, bisa-bisa seharian anak tidak kemasukan makan sama sekali.
Entah kenapa, konon kita orang tua di Indonesia ini dianggap tidak bisa mendidik anak berkenaan dengan masalah makan tersebut. Seorang temen, warga negara Kanada yang kebetulan tinggal di Indonesia dan mempunyai anak di sini, memberi sekedar nasehat bahwa anak harus dibiasakan disiplin saat makan. Kalau makan haruslah duduk di meja makan. Jangan membiasakan memberi makan anak sambil dolanan, jalan-jalan, digendong ke sana ke mari dan aktivitas pengalih perhatian lainnya. Nah sialnya kita di Indonesia justru terbiasa dengan kebiasaan yang dianggap tidak mendidik disiplin tersebut. Yah apa boleh buat mungkin kultur Indonesia memang harus begitu. Jalani saja mana yang dianggap baik dan bisa kita lakukan dengan enteng.
Yah... meskipun sebenarnya membenarkan apa yang dikatakan temen dari Kanada tersebut, tetapi tetap saja aku mengikuti cara Indonesia. Selama dahan belum bisa makan sendiri, tetap saja aktivitas menyuapinya kulakukan sambil mengajaknya dolanan, jalan-jalan, dan aktivitas pengalih perhatian lainnya.

Aktivitas makan dahan pun menjelma sebagai aktivitas yang lucu, kocak dan menggemaskan. Sayangnya tentu saja semua aktivitas dahan makan sendiri tersebut tak semuanya membikin hepi. Tak jarang piring makanan tumpah ruah di lantai, dan makanan yang di dalamnya pun tumpah ruah mengotori lantai dan perabotan. Belum lagi badan dahan yang menjadi berlepotan makanan di sana-sini. Benar-benar nampak jorok dan menguji kesabaran yang berlebih. Sialnya lagi tak jarang, tanpa sepengetahuan kita, si kecil mencomot makanan yang sudah jatuh dan buru-buru memasukkannya ke mulut. Kalau kebetulan ada kuman penyakit di situ, bisa jadi si kecil bisa terjangkit penyakit seperti diare dan sebagainya.
Yaah... apa boleh buat. Pengorbanan memang diperlukan untuk kemajuan anak-anak kita nantinya. Boleh jadi benar apa yang dikatan Rinso dalam jargon iklannya, "berani kotor itu baik."