Entah karena sudah lama, entah karena lupa, atau memang karena sudah tidak takut lagi... di Takeran Dahan diizinkan melihat, mendekati dan maen ayam-ayam kampung yang dipiara mbah sepuh. Boleh jadi flu burung sudah tidak menjadi momok lagi. Dahan boleh berlari-lari mengejar ayam-ayam kecil yang sepertinya mudah dijahili. Berlarian ke sana kemari, sembari bermimpi bisa menangkap mereka dengan mudah.
Namun sia-sia, meski sudah berusaha sekuat tenaga, tetap saja tak bisa menangkap apa-apa. Sampai akhirnya Dahan tanpa sengaja menemukan suatu cara. Makanan yang disuapkan ibu dimuntahkan ke tanah. Alhasil ayam-ayam besar dan kecil segera berkumpul tanpa diminta. Carut-marut berebut makanan muntahan yang tetap saja dianggap menggoda. Dengan begitu Dahan bisa sekali dua kali memegang mereka dengan mudahnya.
Dahan pun terkekeh-kekeh kegirangan, sementara ibu uring-uringan karena suapannya beberapa kali dibuang percuma menjadi santapan ayam. Melihat ibu yang mulai uring-uringan, Dahan pun mencoba beralih kegiatan. Iseng dia datangi induk ayam yang mengeram pada bejana-bejana tanah liat (kuali) di pojokan. Kebetulan induk ayam yang mengeram nampak jinak. Hanya duduk diam, khusyu di peraduannya.
Dengan percaya diri Dahan pun mendekatinya. Senang, mengulurkan tangannya ke tubuh sang ayam. Ups.... tiba-tiba induk ayam bereaksi. Paruhnya terbuka, dan berkeok-keok berisik. Seluruh bulu tubuhnya berdiri mengembang bagaikan merak. Meski tetap diam di tempatnya, tiba-tiba induk ayam itu berubah menyeramkan. Bersiap-siap menerjang bila Dahan tidak menyurutkan niatnya. Dahan kaget bukan kepalang. Nyalinya ciut seketika. Dengan kembang-kempis menahan tangis, Dahan pun mundur bergegas. Berbalik badan cepat, dan merajuk minta digendong. Hehehehe... ayam mengeram, ternyata benar-benar nampak seram.
Suatu sore pada Rabu, 9 Rabiul Awwal 1428H (28 Maret 2007) angin berdesir lirih. Lembut membelai dedahan pepohonan yang bersiap istirah bersama malam. Syahdu berayun sejenak sebelum menutup hari dengan khusyu doa syukur atas nikmat Tuhan yang tercurah. Tak ada yang lebih mulia, kecuali Tuhan yang Maha Segalanya, yang dengan segala kasihnya, yakin menitipkan amanahnya bagi kami yang papa. Seorang anak cantik yang dengan sepenuh doa kami beri nama "Desirangin Dedahan Maulia".
Monday, November 24, 2008
Sunday, November 23, 2008
Senam pagi di jalan sepi
mungkin karena sekarang adalah musim menunggu panen, makanya para petani tidak berangkat ke sawah sejak dini hari. menunggu saat panen adalah kesempatan cukup menyenangkan bagi petani. Tak perlu berangkat pagi-pagi. tak ada yang perlu diburu-buru. belum ada benih yang harus disebar, belum ada tanah retak yang harus diairi, belum ada padi remaja yang layu, belum ada rumput -rumput pengganggu yang harus dicabut.
Yang dilakukan hanyalah tinggal menunggu padi-padi benar-benar masak dan berkualitas maksimal saat dipanen. Yuyu (kepiting sawah) tak mampu lagi merusak, tikus... entah kenapa tak pernah bisa berbiak di sini. Yang ada hanyalah rombongan burung-burung pipit yang cukup menjengkelkan. Meski tembolok mereka tak begitu besar, tapi karena berjumlah ratusan bahkan ribuan, konsumsi burung mungil ini boleh dibilang cukup mengurangi timbangan hasil panen nanti. makanya meski agak malas, bapak petani harus mau bersusah payah datang dan berteriak-teriak mengusir mereka. Pakai ketapel juga bisa membantu. Pasalnya burung-burung pipit sekarang tak pernah takut lagi pada orang-orangan pengusir burung (scarecrow). Untungnya burung pipit tak begitu senang datang pagi. Jadi para petani tak perlu ke sawah pagi hari.
Itu sebabnya, jalanan ke sawah terasa sepi pagi ini. itu sebabnya juga dahan, ibu dan ayah bisa bermain-main di jalanan pagi yang sepi ini. Mumpung masih pagi. dan udara desa terasa menggoda, ibu pun tak mau sia-sia. Bergegas ambil posisi dan tanpa ragu segera mengajak dahan melakukan senam pagi. Tentu saja bukan senam kesegaran jasmani, karena ibu sudah tak ingat lagi senam itu. Bukan juga senam aerobic. Bukan juga pilates. Bukan juga yoga. Benar-benar sekedar senam pagi, yang tanpa disadari mengalir saja bersama embun pagi, di jalanan sawah yang lagi sepi.
Yang dilakukan hanyalah tinggal menunggu padi-padi benar-benar masak dan berkualitas maksimal saat dipanen. Yuyu (kepiting sawah) tak mampu lagi merusak, tikus... entah kenapa tak pernah bisa berbiak di sini. Yang ada hanyalah rombongan burung-burung pipit yang cukup menjengkelkan. Meski tembolok mereka tak begitu besar, tapi karena berjumlah ratusan bahkan ribuan, konsumsi burung mungil ini boleh dibilang cukup mengurangi timbangan hasil panen nanti. makanya meski agak malas, bapak petani harus mau bersusah payah datang dan berteriak-teriak mengusir mereka. Pakai ketapel juga bisa membantu. Pasalnya burung-burung pipit sekarang tak pernah takut lagi pada orang-orangan pengusir burung (scarecrow). Untungnya burung pipit tak begitu senang datang pagi. Jadi para petani tak perlu ke sawah pagi hari.
Itu sebabnya, jalanan ke sawah terasa sepi pagi ini. itu sebabnya juga dahan, ibu dan ayah bisa bermain-main di jalanan pagi yang sepi ini. Mumpung masih pagi. dan udara desa terasa menggoda, ibu pun tak mau sia-sia. Bergegas ambil posisi dan tanpa ragu segera mengajak dahan melakukan senam pagi. Tentu saja bukan senam kesegaran jasmani, karena ibu sudah tak ingat lagi senam itu. Bukan juga senam aerobic. Bukan juga pilates. Bukan juga yoga. Benar-benar sekedar senam pagi, yang tanpa disadari mengalir saja bersama embun pagi, di jalanan sawah yang lagi sepi.
Labels:
bebas polusi,
di desa,
lingkungan alami,
romantika kenangan,
senam
Wednesday, November 12, 2008
Rekreasi Imajinasi, Mendompleng Manipulasi
Dahsyat. Perkembangan teknologi benar-benar semakin memanjakan kemauan kita. Teknologi desain grafis salah satunya. Melalui kecanggihan desain grafis, kita bisa memanjakan mata ke dunia yang benar-benar tak terduga. Menyusuri mimpi, melanglang buana keluar dari realita. Mencoba-coba gambar reka-reka, memanfaatkan manipulasi visual yang tersedia.
Duuuuhhhhh.... sekejab dunia rasanya kita yang punya. Mau jadi apa saja bisa kita coba. Sejenak memanjakan ego, seolah-olah bisa mencipta.
Ehhh... coba-coba ternyata boleh juga kok. Foto-foto Dahan ternyata cocok juga dicoba diadaptasi pada berbagai ambience yang beraneka. Agak narsis memang. Tapi buat sekedar rekreasi imajinasi, manipulasi dikit tidaklah merugikan siapapun kan? Ya... sudah mari kita nikmati saja!
Duuuuhhhhh.... sekejab dunia rasanya kita yang punya. Mau jadi apa saja bisa kita coba. Sejenak memanjakan ego, seolah-olah bisa mencipta.
Ehhh... coba-coba ternyata boleh juga kok. Foto-foto Dahan ternyata cocok juga dicoba diadaptasi pada berbagai ambience yang beraneka. Agak narsis memang. Tapi buat sekedar rekreasi imajinasi, manipulasi dikit tidaklah merugikan siapapun kan? Ya... sudah mari kita nikmati saja!
Subscribe to:
Posts (Atom)