Suatu sore pada Rabu, 9 Rabiul Awwal 1428H (28 Maret 2007) angin berdesir lirih. Lembut membelai dedahan pepohonan yang bersiap istirah bersama malam. Syahdu berayun sejenak sebelum menutup hari dengan khusyu doa syukur atas nikmat Tuhan yang tercurah. Tak ada yang lebih mulia, kecuali Tuhan yang Maha Segalanya, yang dengan segala kasihnya, yakin menitipkan amanahnya bagi kami yang papa. Seorang anak cantik yang dengan sepenuh doa kami beri nama "Desirangin Dedahan Maulia".
Tuesday, October 28, 2008
Tak Ada Blumbang, Ember pun Jadi
Rencananya, saat membawa Dahan mudik, ayah ingin mengenalkan Dahan pada kehidupan alami yang agak liar. Liar dalam artian yang manusiawi tentu saja. Liar dalam artian berani lebih terbuka dengan alam. Liar dalam artian tidak menabukan beberapa hal beresiko yang sebelumnya dihindari. Mandi di mata air alami misalnya, seperti blumbang (kolam penampungan mata air alami) atau di kali yang masih asri.
Ternyata, rencana tinggalah rencana. Tak ada lagi mata air. Getir. Tapi tak perlu menjadi air mata. bagaimana pun memang ada banyak jalan menuju roma. Tak bisa mandi di blumbang alami dan tak bisa mancing di kali asri tak harus membuat rencana tinggal kenangan.
Di halaman belakang rumah embah Takeran, ada beberapa kolam ikan yang terisi. Kebetulan tempatnya pun cukup asri. Ada pohon dadap yang meneduhi, pohon jambu monyet, mangga, pepaya, kangkung, ubi, kopi, bunga liar dan juga bunga-bunga masa kini yang ditanam mbah kakung.
Meski sumur timba yang tradisional tak ada lagi, sumur pompa mini bisa mewakili. To be or not to be. Mumpung masih di desa, Dahan pun harus belajar kembali alami. Setiap hari menjalani ritual mandi liar yang alami. Dimulai dari memberi makan ikan hias milik embah, ritual Dahan pun berlanjut menjadi main-main bersama ikan di kolam, melayarkan perahu-perahu dari kelopak bunga Aphorbia yang berwarna-warni. Asyik berkecipak-kecipak sampai basah dan sedikit menggigil didera dingin. Karena seluruh badan bau amis, maka ritual terakhir adalah mandi.
Sebuah bak cuci, di isi air dari pompa mini. Itulah tempat Dahan mandi setiap hari. Di tengah bunga-bunga Aphorbia yang sebagian masih kuncup. Jambu monyet yang berjatuhan karena matang tanpa ada yang mau mengkonsumsi. Langit cerah yang biru tanpa polusi. Biarlah.... saat mandi, Dahan mencoba kembali menjadi alami. meski tak bisa dipungkiri, ember plastik tetaplah tidak alami.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
mana jambu monyetnya??? mauuuu
kikikikik...lumayan ya Dahan, ini namanya mandi semi-liar
Post a Comment