Wednesday, September 3, 2008

Layang-layang yang tercampak

Angin berhembus cukup kencang. Sepasang layangan meliuk-liuk di angkasa, liar. Beradu tajam benang, beradu kuat gelasan. Sang empunya beradu kepandaian.
Sampai akhirnya salah satu melambung lunglai, putus benang. Kalah. Terombang-ambing angin, dan melayang pasrah, tanpa kendali. Terus melayang menuruni awan, meliuk turun melintasi bubungan atap-atap rumah orang. Terus melayang.... sedikit tersendat kala benang tersangkut tonggak-tonggak antene TV dan batang-batang pohon yang satu dua hiasi kawasan perkotaan.
Layang-layang lunglai terus meluncur pelan. Limbung... dan terpuruk di antara kaki-kaki dahan yang kebetulan sore itu bermain di halaman parkir rumah bersama ayah. Sontak dahan tertegun, tersentak tak percaya. Namun sekejab dia pun berteriak kegirangan. Tentu saja dengan bahasa planetnya yang kocak dan tak bisa dimengerti orang itu. Langsung saja ia ngejebrok memainkan layang-layang tersebut. Tak perduli lantai halaman yang tak begitu bersih, tak perduli matahari yang semakin surut, tak peduli sore yang beranjak larut. Nampaknya yang dia perdulikan hanyalah satu hal," Kenapa yah layangan ini bisa sobek?"

No comments: