Monday, June 23, 2008

Boleh Dipandang, Gak Boleh Dipegang


Tuhan itu maha indah. Itu sebabnya apapun yang diturunkan langsung dari tangan Tuhan selalu saja dipenuhi dengan keindahan. Tak heran siapa pun, dimana pun, dari mana pun, kalangan apapun, orang tuanya, seorang bayi selalu saja lahir dengan pesona dan daya pikat yang benar-benar indah. Entah tangisnya, jeritnya, rajuknya, menguapnya, marahnya, apalagi senyum dan tertawanya, semua tak ada yang bikin orang tidak suka. Akhirnya di semua tempat, setiap ada kelahiran selalu ingin dipestakan. Selalu saja banyak orang-orang yang datang. Selalu saja banyak orang-orang membezuk. Selalu saja banyak orang-orang membawa hadiah. Dan akhirnya selalu saja banyak orang-orang yang ingin mencolek, menyentuh, mengelus, dan kalau ada kesempatan, berusaha mencium sang bayi yang begitu polos dan murni memikat. Bisa jadi karena sayang, bisa jadi karena doyan, bisa jadi karena terpikat, bisa jadi karena basa-basi dan bisa jadi bukan karena apa-apa. Hanya iseng, jaga etika, atau sekedar ikut-ikutan semata. Nah parahnya, bayi yang masih polo, susah untuk bisa lolos dari suasana seperti di atas. Cium di sini cium di sana, pegang di sini pegang di sana, colek di sini colek di sana, seluruh tubuh akhirnya rata. Beragam manusia membawa beragam aroma dan tak jarang membawa kuman penyakit yang tidak kentara. Bayi yang masih polos, tak bisa lagi lolos dari ancaman penyakit-penyakit bawaan orang-orang dewasa yang telah dipenuhi beragam dosa. Pilek bisa jadi sudah dianggap penyakit biasa, tapi tak sedikit bayi yang tertular penyakit berat seperti flek paru-paru, TBC, kulit dan penyakit lain-lainnya yang notabene dibawa oleh orang-orang yang menjenguknya. Jauh sebelum dahan lahir, ibu dan ayah banyak mendengar cerita di atas. itu sebabnya saat dahan kecil ibu dan ayah mati-matian untuk menjauhkan dahan dari serbuan tangan dan ciuman orang-orang yang berdatangan menjenguk. Yangti pun tak kalah perduli. Telepon dari Pakde Nono yang melarang orang untuk asal mencium dan penyentuh dahan membuat yangti sangat hati-hati. "Bayi itu adalah jimat yang harus dijaga, bukan suguhan untuk tamu kita!" begitu tegas Yangti mengingatkan. Meski mungkin terkesan sombong, phobia, keterlaluan atau dianggap melebih-lebihkan, ayah ibu dan yanti tak perduli. Pokoknya siapapun tamu yang berkunjung tak boleh memegang dahan apalagi menciumnya. Biarlah tamu yang datang beramah-tamah dengan mereka yang dewasa saja. Jangan libatkan bayi polos untuk keramahtamahan yang tidak diperlukan. Biarlah bayi cantik, asyik tak terusik. Boleh saja dipandang, tapi jangan pernah dipegang.

No comments: