Suatu sore pada Rabu, 9 Rabiul Awwal 1428H (28 Maret 2007) angin berdesir lirih. Lembut membelai dedahan pepohonan yang bersiap istirah bersama malam. Syahdu berayun sejenak sebelum menutup hari dengan khusyu doa syukur atas nikmat Tuhan yang tercurah. Tak ada yang lebih mulia, kecuali Tuhan yang Maha Segalanya, yang dengan segala kasihnya, yakin menitipkan amanahnya bagi kami yang papa. Seorang anak cantik yang dengan sepenuh doa kami beri nama "Desirangin Dedahan Maulia".
Wednesday, October 10, 2007
misteri senyuman terindah
Konon bayi belum bisa melihat sama sekali sampai usia tiga bulan. meski begitu, selalu saja banyak ekspresi sang bayi yang bisa membuat kita merasa bisa berkomunikasi. ada tatap mata seolah menyapa, dan ada senyuman bersahabat yang hangat dan akrab. adakah mereka benar-benar belum bisa melihat? Tuhan benar-benar maha penuh misteri. Tanda-tanda kekuasaannya bagi mereka yang mau menyelami.
Bisa jadi benar dahan belum bisa melihat. Tapi ayah ibu yakin bahwa kami bisa berkomunikasi. Bukankah sejak dalam kandungan pun kami telah selalu berkomunikasi. Komunikasi melalui hati adalah komunikasi yang paling haqiqi. Karena itulah ayah dan ibu benar-benar berbunga hati ketika sesekali dahan sunggingkan senyum yang tak tertandingi. Yang penting kami telah saling mengerti. hati kami benar-benar saling mengisi. Benar-benar bukan basa-basi. semuanya berjalan secara alami.
Kala senyum si kecil merekah. Semua derita terasa musnah. Resah tak lagi berbongkah. Hanya doa yang luapkan berkah. Harapan indah yang selalu bertambah seiring usia si kecil yang terus melangkah. Pelan-pelan merembah kehidupan nyata. Membawa bahagia yang benar-benar melimpah ruah.
Teruslah tersenyum anakku, begitu kata ayah. Bagikan ceria pada dunia kita. Jangan menyerah pada misteri yang menyelubungi. Tetaplah merekah bersama bunga-bunga indah, yang ditanam Yangti di halaman rumah untuk menyemarakkan tempat yang kita punya. Selamanya... yah selamanya. Tebarkan berkah terindah. Agar tak pernah patah. Agar Jalinan hati yang kita semai kan terus berkecambah. Tak kenal kata menyerah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment