Monday, October 8, 2007

Asyiknya Bergelut Selimut & Bedhong

Entah siapapun orangnya, jelas-jelas kita harus berterima kasih kepada penemu selimut. kain apapun, asalkan sudah menjadi apa yang disebut maka selalu saja memiliki daya pukau yang melenakan bagi manusia. sayangnya ayah gagal mencari siapa penemu selimut itu yang sebenarnya, atau memang orang abai untuk mengabadikan namanya? Lagian kenapa pula kita harus berpusing-pusing dengan mencari tahu siapa penemu selimut. Yang jelas selimut adalah salah satu anugerah Tuhan bagi manusia.
Perkenalan dahan pada selimut tidaklah terjadi begitu saja. melainkan memiliki tahapan-tahapan yang pasti dan bersistem. Sejak pertama kali lahir dahan langsung bersinggungan dengan beberapa selimut. Pertama adalah selimut yang dipakai untuk membungkus badan dahan saat baru lahir dan masih bersimbah cucuran darah. Kain selimut yang dipakai dahan untuk keperluan ini adalah kain "jarit" atau secara nasional orang lebih mengenalnya dengan kain batik.
Selimut kedua yang dipakai dahan adalah selimut untuk alas tidur. Untuk lebih menghangatkan badan dan menghindari tempat-tempat berbaring yang tidak bersih maka dimanapun dahan akan ditidurkan maka selalu diberi alas selimut terlebih dulu. Tentu saja untuk keperluan ini, selimut tak berfungsi lagi sebagai mana mestinya. Tapi apa mau dikata, kain selimut memang fleksibel untuk digunakan sebagai apa saja.
Ketiga adalah apa yang disebut "bedhong". Bedhong ini adalah salah satu warisan tradisi lama yang sekarang ini cukup menjadi kontroversial. Konon bayi yang baru lahir masih terbiasa dengan kondisi di dalam kandungan yang hangat dan protektif. Makanya saat awal-awal di luar kandungan, maka bayi akan selalu dikondisikan seperti dalam perut. Nah salah satu caranya adalah dengan membedongnya tersebut. Dengan dibedhong ini maka bayi akan selalu hangat, terlindungi tulang leher dan pinggangnya, bisa lurus kakinya, dan aman wajahnya dari garukan kuku tangan. Itu sebabnya kalau habis mandi dan sudah dibedhong bayi akan cenderung tidur dan tenang.
Tapi di era modern ini masalah bedhong ini ternyata menimbulkan pertentangan antara kalangan pemegang tradisi dan kalangan medis. Menurut ilmu kedokteran diketahui bahwa bayi masih bernafas dengan menggunakan kontraksi perut. akibatnya kalau dibedong terlalu kuat justru akan menyiksa proses pernafasan bayi. Bedhong yang melilit perut dikhawatirkan membuat bayi sulit bernafas. Akibatnya sebagian dokter, bidan dan perawat-perawat modern melarang penggunaan bedhong tersebut, meskipun ada juga beberapa dokter, bidan dan perawat yang secara taktis memodifikasi penggunaan bedhong yang tida melilit kuat bagian perut bayi.Terlepas dari segala carut marut pertentangan tersebut, dahan tetap memilih untuk menggunakan bedhong dengan adaptasi bagian perut yang dilonggarkan. Toh memang yang paling aman adalah memilih untuk di tengah-tengah saja. Dengan begitu tak ada yang terapi yang hilang dan merugikan.
Sampai usia 3 bulan Dahan masih rajin memakai bedhong. Bahkan selewat usia tersebut, Dahan masih beberapa kali memakai bedhong meskipun sudah tidak rutin. Sampai akhirnya sampai pada tahap tidak pernah memakai bedhong sama sekali dan sudah bisa asyik dengan selimut yang dipakai orang pada umumnya. Saking asyiknya sampai-sampai selimut yang digelungkan pada badan dahan acap dimainkan dengan tangannya yang mulai lincah dan dimain-mainkan hingga menutupi wajah. Hari terus berjalan pasti. Dan semakin beranjak gede dahan makin asyik dengan aktivitasnya bersama selimut. Terus asyik bergelut dengan selimut dan terus bereksplorasi mencari keasyikan-keasyikan lain bersama selimut lembut yang selalu menemani saat-saat tidurnya.

No comments: